Pola Permukiman Adat Suku Ende Lio Flores
di Desa Wolotolo
(oleh Mukhlis A. Mukhtar, ST)
Pola
permukiman
dan bentuk
rumah adat tradisional bagi masyarakat suku Ende Lio Desa Wolotolo dibangun selalu berkaitan
dengan konsep hubungan kekerabatan (Gemen scap), antisipasi terhadap alam
lingkungannya dan hubungannya dengan pencipta alam semesta yang dipercayanya.
Hal ini dapat dilihat dari acara ritual yang dilakukan di saat membangun rumah
adat dan perkampungan tradisional yang masih ada dan berlaku di masyarakat adat
termasuk acara seremonial lainnya hingga sekarang. Dalam
pembangunan rumah adat dan perkampungan tradisional, pola pemukimannya ditata
mengikuti prinsip lintas orbit tata surya. Setiap kampung adat tradisional
memiliki kedudukan dan peran masing-masing, khususnya terhadap tempat dan
kedudukan dengan kampung asal. Sedangkan bentuk rumahnya mengikuti filosofi bentuk perahu.
Konsep kosmologi bentuk pola permukiman adat Suku Ende LIo,
|
Berdasarkan struktur dan pola permukiman tradisional Ende-Lio memiliki tiga kategori yaitu; Kampung asal (Nua Pu’u); kampung ranting (kuwu ria) atau gubuk besar, kampung kecil (Kopo Kasa) yaitu tempat kediaman di luar kampung asal dengan jumlah penghuni yang kurang (Aron Mbete, dkk 2006).. Kuwu ria dan Kopo Kasa wajib mengakui wewenang religi dan magis atau ritual pada Nua Pu’u dan wajib melaksanakan perintah yang berasal dari penguasa adat atau Mosalaki di kampung asal (Nua Pu’u). Sebagai bagian yang tidak terpisahkan keberadaannya dalam kampung tradisional, di dalamnya dibangun berbagai bangunan sesuai kedudukan dan fungsinya.
Oreantasi pola permukiman Suku Ende Lio di desa Wolotolo |
Letak pola permukiman adat selalu dilihat dalam hubungan
dengan tempat asal manusia pertama Suku Ende Lio yaitu gunung Lepembusu.
Berdasarkan pertimbangan inilah ujung permukiman adat Suku Ende Lio selalu
mengarah ke gunung Lepembusu dan awalnya berarah berlawanan mengarah ke daerah
paling rendah yaitu lautan. Sesuai pertimbangan kosmologis yang mempertahankan
keseimbangan antara dua titik ekstrim, kaitannya dalam permukiman yaitu ulu (kepala) dan eko (hilir). Diantara keduanya terdapat puse ( pusat). Ulu dihubungkan dengan matahari terbit atau ke arah gunung Lepembusu
sedangkan eko ke arah matahari
terbenam atau berlawanan dengan gunung tempat asal – usul nenek moyang Suku
Ende Lio.
Pola permukiman adat Suku Ende
Lio di Desa Wolotolo
,
(Sumber Hasil analisa &
gogle map 2012)
|
Keterangan
:
a.
Eko (ekor )
b.
Ulu (kepala)
c.
Pusat permukiman
adat terdapat sao keda, kanga, tubu mbusu dan rate
d.
Permukiman
Masyarakat adat
Pola permukiman pada desa adat Wolotolo merupakan sebuah
pola grid yang di tandai dengan adanya jalan-jalan setapak yang membelah
kawasan permukiman. Orientasi bangunan–bangunan semuanya menghadap ke jalan –
jalan kampung yang ada.. Hal ini dapat dilihat dari perletakan massa bangunan
yang mengikuti alur jalan dengan kontur tanah yang cukup terjal, maka
penempatan daerah yang disakralkan seperti banguna tradisional sao keda dan kanga yang merupakan tempat pemujaan mendapatkan tempat yang paling
tinggi, dimana sao keda dan kanga merupakan cikal bakal suatu
permukiman adat Suku Ende Lio pada umumnya. Selain itu sao keda dan kanga
merupakan simbol permukiman adat tradional Suku Ende Lio pada umunya.
Berdasarkan konsteks kosmologis di atas tata permukiman adat Suku Ende Lio tidak
hanya memiliki fungsi paragmatis melainkan suatu ungkapan makna dari berbagai
simbol yang terkandung di dalamnya. Dalam permukiman adat Suku Ende Lio tersimpan
keyakinan akan kesatuan unsur sang pencipta dan arwah leluhurnya. Keseimbangan
kosmis sangat jelas terlihat dalam permukiman adat sekaligus menjadi tuntunan
kwajiban moral bagai setiap masyarakat Suku Ende Lio.
Nb : Kalo mengutif kata-kata tolong masukan sumber kutipan..makasih..
Semoga bermanfaat Khususnya Dunia Arsitektur Tradisional....
Semoga bermanfaat Khususnya Dunia Arsitektur Tradisional....
Daftar Pustaka :
Aron Mbete, dkk (2006). Khazanah Budaya Lio- Ende, Pustaka Larasan, Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ende.
Aset Seni Budaya
Daerah Kabupaten Ende (2003). Dinas Pariwisata Kab. Ende,
Komentar
Posting Komentar